Monday, April 23, 2007

Home Sweet Home

Sudah dua bulan ini Ayah tugas keluar kota terus, Ibu jadi capek karena sekarang harus naik turun bis dari Pondok Cabe - Sudirman (pp). Mana muaceettnya sepanjang perjalanan dari rumah ke kantor. Tapi karena itu adalah sebagian dari tanggung jawab Ibu(ciee...), jadi harus berusaha menikmati. Jadi maafin Ibu ya, anak-anakku sayang, kalau belakangan ini nggak terlalu bisa menemani kalian membuat pekerjaan rumah, belajar dan bermain. Maaf sekali Nak, tapi suatu saat nanti Ibu akan membalas kekurangan Ibu, Ibu janji. Walaupun didasar hati kalian tidak menuntut apapun, tetap Ibu merasa bersalah.

Hampir setiap hari Ibu jalanin rute ini (kecuali Sabtu, acara jemput mbak Iya' di Pamulang. Dan hari Minggu libur), tapi kalau melihat senyum dan celoteh mulut kecil kalian, sepertinya rasa lelah dan penat ini hilang, terbang tak berbekas. Kalian memang Malaikat kecil kesayangan Ibu, Nak. Memasuki rumah mungil kita, melihat senyum, celoteh dan tawa canda kalian, rasanya damai hari ini. Terima kasih sayang...



Teras rumah mungil kita


Ibu jadi teringat beberapa tahun lalu sebelum Ibu memiliki kalian dan rumah mungil kita. Ibu dan Ayah masih mengontrak disebuah kontrakan kecil di Ciputat, sampai Ibu mengandung mbak Iya'. Walaupun kontrakan itu hanya ada ruang tamu kecil, kamar tidur, kamar mandi dan dapur yang semuanya serba kecil, tapi Ibu dan Ayah berusaha untuk hidup mandiri di rumah itu. Setelah mbak Iya lahir, Ibu dan Ayah tinggal lagi sama Eyang, om Dimas dan om Heru. Sampai akhirnya kita ngontrak rumah lagi di Pondok Cabe juga tapi di blok B dengan kamar delapan. Disana kita ngumpul semua, Eyang, om Dimas, om Heru, Ayah, Ibu, mbak Iya' dan disana lahir juga si kecil Ghina. Terus nggak lama ada Abi, Umi, Kakak dan Hana. Pokoknya rumah itu selalu ramai suara anak-anak.


Lemari buku design by Ayah



Meja+kursi makan handmade by Ayah


Dua tahun setelah itu, sekitar Februari-Maret 2003, beberapa bulan setelah kelahiran Ghina dan sepulang Eyang naik Haji, Alhamdulillah, Ayah dan Ibu bisa beli rumah sendiri. Rumah yang mungil, teramat mungil untuk keluarga besar kita. Tapi cuma itu yang kami mampu, walaupun kecil tapi teduh, walaupun mungil tapi nyaman. Nyaman, karena semua didapat dari hasil keringat Ayah dan Ibu, Nak. Itu yang menjadikannya nyaman untuk ditinggali. Sedikit-sedikit kalau punya rejeki, Ayah dan Ibu betulin kamar, langit-langitnya, kamar mandi, dapur, dan garasi. Walaupun belum ada mobil yang parkir disitu, baru sepeda-sepeda kalian dan motor Ayah, tapi Ibu percaya dengan mukjizat dan rejeki Allah SWT, suatu saat nanti kalau tiba saatnya, mobil itu akan datang hehe... Amin.


Sedikit-sedikit, kita isi rumah mungil kita, dari cuma lesehan sampai kita punya kursi baru, nyicil sedikit-sedikit. Di rumah mungil kita ini, Ayah dan Ibu melihat kalian bertumbuh setiap hari, rasa senang kalian, sakit kalian, bahagia kalian, duka kalian. Bahagianya melihat kalian juga bahagia dan ceria, main berdua, berantem berdua. Serunya masa anak-anak... Ayah dan Ibu ingin kalian menikmati masa kanak-kanak kalian dengan penuh kebahagiaan dan pengertian tentang hidup bahwa tidak selamanya hidup itu penuh senyum dan tawa, tapi ada juga kesedihan. Tapi bagaimana kalian menyikapi kesusahan hidup itu yang selalu ingin Ibu tanamkan didalam diri kalian berdua dan kemandirian.




Dan rumah mungil kita makin nyaman ditinggali karena suara tawa canda, celoteh ramai, tangisan kalian, malaikat kecil Ayah dan Ibu, yang selalu terdengar. Tidak ada yang melebihi nikmat yang Allah berikan untuk Ayah dan Ibu selain nikmat karena keberadaan kalian, Alya dan Ghina, dua malaikat kecil kami. Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan untuk kalian berdua, kepintaran, kemuliaan hati dan menjadikan kalian anak-anak sholehah. Amin ya robbal alamin.

Tapi karena rumah mungil kita juga yang membuat kalau kalian marah, teriak, nangis pasti terdengar oleh tetangga. Dan juga kalau Ibu mulai "bernyanyi" karena kalian bertengkar atau marah-marah, jadi terdengar juga oleh tetangga. Tapi mau bilang apa memang begitu adanya. Biar bagaimana pun rumah kita tetap "Home Sweet Home" bagi kita. Dan lucunya mbak Iya tidak mau kalau rumah kita dibilang kecil atau mungil, dia akan berteriak, "rumah kita besar, enak aja bilang kecil.." Hehe... makasih ya Nak, asal kalian puas dan menikmati rumah kita, mau besar atau kecil tidak masalah, yang penting nyaman.